A+ | Di tengah hiruk-pikuk ibukota, sebuah oasis seni dan desain hadir di
Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki. Nusaé, studio desain
grafis dari Bandung, menyuguhkan pameran bertajuk "Harmonisasi" yang
membuka tabir kolaborasi kreatif dengan berbagai entitas, mulai dari
biro arsitektur hingga rumah mode. Pameran ini berlangsung dari 31 Mei
hingga 16 Juni, mengajak publik meresapi nilai keselarasan dalam setiap
proyek yang dipamerkan.
Jejak di Taman Ismail Marzuki
Taman
Ismail Marzuki (TIM) bukan sekadar lokasi pameran, tetapi simbol
kontribusi Nusaé dalam revitalisasi pusat kebudayaan ini. Sebagai
perancang sistem penunjuk arah di kompleks ini, pengunjung bisa langsung
merasakan intervensi desain Nusaé yang harmonis dalam keseharian
mereka.

Filosofi Desain yang Mengakar
Nusaé,
studio yang dikenal dengan pendekatan desain yang selaras dan harmonis,
menampilkan karyanya melalui lima konsep besar dalam pameran ini:
Subtle, Adapt, Contrast, Fusion, dan Aptness. Kelima bagian ini
memperlihatkan bagaimana harmoni tercapai melalui berbagai strategi
desain yang diaplikasikan dalam proyek nyata.
Subtle,
memperlihatkan bagaimana desain dapat berdampak tanpa harus mencolok,
seperti yang terlihat pada proyek signage di Venice Architecture
Biennale 2018 dan Museum MACAN.
Adapt, menyoroti kemampuan
Nusaé untuk menyerap dan menerjemahkan unsur budaya lokal ke dalam
desain, seperti pada proyek Lembur Urang di Sukabumi.
Contrast, menunjukkan kekuatan desain yang mencolok namun tetap fungsional, contohnya pada proyek penunjuk arah (signage) di TIM.
Fusion,
memperlihatkan kolaborasi lintas disiplin yang menghasilkan desain
inovatif, seperti pada proyek citra kota Menuju Tubaba yang meraih
penghargaan Good Design Award di Jepang.
Aptness,
menggarisbawahi eksplorasi Nusaé dalam mencari harmoni baru melalui
inisiatif seperti media desain Saturasi, yang menjadi platform
alternatif diskusi desain urban.
Diskusi dan Pertukaran Ide
Selama
pameran, berbagai acara diadakan, termasuk tur pameran bersama Andi
Rahmat, Principal Designer & Director Nusaé, serta Andra Matin,
arsitek terkemuka. Tak ketinggalan, sesi khusus bersama Taku Satoh,
maestro desain asal Jepang yang dikenal dengan filosofi "desain
secukupnya". Satoh akan menyampaikan presentasi kunci tentang bagaimana
desain dapat menjadi wadah perawatan kebudayaan lintas zaman.
Dialog tentang Desain dalam Kehidupan
Menurut
Andi Rahmat, pameran ini dirancang sebagai momen refleksi atas
perjalanan kreatif Nusaé. “Pameran ini bukan hanya ajang untuk
menampilkan proyek-proyek di mana kami terlibat, namun dirancang sebagai
kesempatan untuk memulai dialog tentang peran desain dalam kehidupan
sehari-hari,” ujarnya. Harapannya, pameran ini dapat mengajak audiens
untuk membuka pikiran dan bertukar gagasan tentang desain yang berdampak
bagi masyarakat.

Keselarasan dalam Setiap Karya
Sebagai
studio desain yang selalu menekankan nilai harmoni, Nusaé terus
berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Dari
proyek signage hingga branding, setiap karya Nusaé selalu berusaha
mencapai keseimbangan dan keselarasan dengan lingkungan dan budaya
sekitarnya.
Pameran ini menjadi penanda perjalanan panjang Nusaé
dalam mengeksplorasi dan memaknai desain sebagai elemen penting dalam
kehidupan. Melalui "Harmonisasi", Nusaé mengajak kita semua untuk
melihat desain tidak hanya sebagai karya visual, tetapi sebagai bentuk
dialog yang terus berkembang dan bertransformasi.
MAHAR PRASTOWO
0 Komentar