A+ | Ternate, 21 Juli 2024 — Di balik gemerlapnya panggung politik dan kuasa, terdapat kisah-kisah kelam yang tak jarang terbongkar di meja hijau. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Ternate menjadi saksi dari pengakuan mengejutkan yang menyeret nama Abdul Ghani Kasuba, mantan Gubernur Maluku Utara. Tak hanya terlibat dalam dugaan suap dan korupsi, ia kini dihadapkan pada tuduhan yang lebih memalukan: menggelontorkan miliaran rupiah untuk menyewa wanita penghibur.
Kamis itu, ruang sidang dipenuhi keheningan yang tegang saat Elya Gabrina Bahdim, seorang kontraktor sekaligus anggota DPRD Halmahera Selatan, memberikan kesaksian. Dengan suara yang berat dan raut wajah yang tegang, Elya mengungkapkan bagaimana ia sering kali diminta oleh Abdul Ghani untuk mengantarkan wanita ke kamar hotelnya. Menurut kesaksiannya, kebiasaan ini bukanlah hal yang jarang terjadi. Bahkan, dalam sehari, mantan gubernur tersebut bisa menyewa wanita hingga tiga kali.
Elya, yang juga berperan sebagai penghubung, menjelaskan bahwa ia mencarikan wanita-wanita tersebut dan membayar mereka secara tunai. Uang yang digunakan berasal dari tiga rekening berbeda milik Abdul Ghani, yaitu di BRI, BCA, dan Bank Mandiri. Menurut perhitungan sementara, total pengeluaran yang dihabiskan untuk kebiasaan ini mencapai Rp3 miliar.
Tidak hanya itu, kesaksian Elya juga membuka fakta bahwa puluhan wanita telah disewa oleh Abdul Ghani selama masa jabatannya. Pengakuan ini mempertegas tuduhan yang sudah berat di pundaknya, terkait suap jual beli jabatan dan proyek pengadaan barang dan jasa di lingkungan Pemerintah Provinsi Maluku Utara.
Ramadhan Ibrahim, yang menjadi terdakwa dalam persidangan ini, adalah mantan ajudan Abdul Ghani saat menjabat sebagai gubernur. Kasus ini kian rumit dengan munculnya pengakuan dari berbagai pihak yang turut serta dalam lingkaran gelap korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Pengadilan Tipikor Ternate akan melanjutkan persidangan untuk mendalami lebih jauh keterlibatan Abdul Ghani Kasuba dalam berbagai kasus yang menjeratnya. Sementara itu, masyarakat Maluku Utara hanya bisa berharap keadilan ditegakkan dan masa depan yang lebih bersih dari korupsi bisa diwujudkan.
Dengan terus terungkapnya kisah-kisah seperti ini, harapan untuk pemerintahan yang lebih transparan dan bersih dari korupsi semakin besar. Namun, jalan menuju keadilan masih panjang dan penuh dengan tantangan.
0 Komentar