![]() |
ilustrasi |
A+ | Jika politik dapat diterjemahkan ke dalam bahasa matematika, maka semalam itu, di Aljazeera Menteng, Jakarta Pusat, sebuah sistem persamaan sedang dicari penyelesaiannya. Ada variabel yang perlu diselesaikan, ada ketidakseimbangan dalam sistem, dan ada probabilitas peristiwa yang bisa terjadi di masa depan.
Muhammad Said Didu membuka diskusi dengan sebuah hipotesis:
"Jika Prabowo tetap mempertahankan hubungan dengan Jokowi, maka akan ada reaksi yang setara dari rakyat. Jika ia ingin bertahan hingga 2029, ia harus memutuskan variabel mana yang akan ia pertahankan dan mana yang akan ia eliminasi."
Dalam teori sistem dinamis, setiap keputusan dalam politik menciptakan efek domino, seperti model Lotka-Volterra dalam ekologi yang menggambarkan hubungan predator-mangsa. Prabowo kini berada dalam sistem di mana rakyat dan oligarki adalah dua entitas yang saling mempengaruhi. Jika ia memilih tetap berasosiasi dengan oligarki, maka fungsi kepuasan rakyat akan mengalami deklinasi eksponensial.
Refly Harun kemudian mengajukan pertanyaan yang dapat diterjemahkan ke dalam logika probabilitas:
"Jika Prabowo mengakui bahwa ‘kita menang karena dibantu’, maka ada dua kemungkinan: bantuan itu legal atau ilegal. Jika legal, maka tidak ada anomali dalam sistem pemilu. Jika ilegal, maka ada penyimpangan data yang berpotensi menjadi dasar pemakzulan. Maka pertanyaannya, berapa probabilitas bahwa bantuan tersebut terjadi di luar mekanisme yang seharusnya?"
Dalam model Bayesian, informasi baru dapat memperbarui keyakinan kita terhadap suatu hipotesis. Dengan asumsi bahwa campur tangan kekuasaan dalam pemilu memiliki probabilitas awal 50%, dan pernyataan Prabowo menjadi bukti baru, maka updating probabilitas bisa menghasilkan nilai yang lebih tinggi untuk skenario intervensi politik.
Sementara itu, Abdullah Hehamahua menggunakan model teori permainan untuk menjelaskan dinamika kekuasaan.
"Prabowo harus memilih: apakah ia akan menyerang oligarki atau dikuasai oleh oligarki. Jika ia memilih diam, maka ia berada dalam Nash Equilibrium yang tidak menguntungkan—situasi di mana semua pemain tetap dalam posisi mereka karena perubahan strategi tidak akan memberikan keuntungan signifikan. Tetapi, jika ia melakukan langkah tegas, ia bisa mengubah matriks pembayaran kekuasaan."
Dalam teori chaos, sistem politik yang kompleks memiliki titik bifurkasi—momen ketika perubahan kecil dapat mengarah pada dua skenario yang sangat berbeda. Jika Prabowo bertindak cepat dalam enam bulan pertama, ia bisa menggeser trajektori politik ke arah yang lebih stabil. Jika tidak, maka turbulensi akan semakin meningkat, hingga akhirnya mencapai titik singularitas politik yang tidak bisa dikendalikan.
Diskusi malam itu berakhir pada pukul 20.30 WIB. Dalam perspektif sains, apa yang terjadi di Menteng bisa dipandang sebagai eksperimen politik dalam skala kecil. Variabel-variabel telah diidentifikasi, model konseptual telah dirumuskan, dan hipotesis telah diajukan.
Yang belum diketahui adalah hasil akhirnya.
Seperti dalam mekanika kuantum, sistem ini tetap berada dalam keadaan superposisi—dua kemungkinan bisa terjadi secara bersamaan hingga suatu tindakan observasi (yakni, keputusan Prabowo) membuat salah satu skenario menjadi kenyataan.
Apakah ia akan memilih berpihak kepada rakyat, atau tetap berada dalam orbit oligarki? Itu adalah persamaan yang hanya bisa diselesaikan oleh waktu.
Mahar Prastowo
Jakarta, satu hari setelah 27 Februari 2025, malam tarawih pertama ramadhan 1446H
0 Komentar