Oleh: Mahar Prastowo
Daripada
berebut warisan
yang tak seberapa,
dengan urat leher tegang
mata merah,
kata-kata keras
dan pintu hati rapat tertutup,
lebih baik kita
luaskan niat
besar jariyah pemberi waris,
yang dulu berharap
harta ini
tak hanya menghidupi anak-anaknya,
tapi meneteskan manfaat
ke pelupuk mata banyak manusia.
Jangan hanya sawah jadi rebutan,
jadikan ia ladang panen amal,
mengalir beras ke mangkuk lapar,
mengalir senyum ke wajah-wajah letih,
mengalir doa dari bibir tak kenal nama.
Jangan hanya rumah jadi sengketa,
jadikan ia tempat bernaung ilmu,
tempat anak-anak mengaji,
tempat tamu disambut dengan salam.
Anak-anak
dan cucu-cucu
tetaplah menikmati hasilnya,
seperti menikmati matahari pagi
yang hangat untuk semua,
seperti mencicipi air sungai
yang jernih untuk siapa saja.
Orang banyak pun
mengangkat tangan,
berdoa:
“Ya Allah, rahmatilah
orang-orang yang menanam pohon kebaikan ini.”
Daripada
mencakar tanah warisan,
lebih baik
menanam pohon-pohon berkah,
yang akarnya di bumi,
buahnya di surga.
Magelang, 26 April 2025
0 Komentar