Header Ads Widget

Header Ads

A+

6/recent/ticker-posts

Dosa-dosa Halal Bihalal

 


Oleh: Mahar Prastowo

Tidak semua reuni itu suci. Tidak semua halal bihalal itu halal.

Saya tidak sedang mencurigai niat orang berkumpul setelah lebaran. Tapi sebagai wartawan tua yang sudah kenyang asam garam pergaulan, saya punya banyak cerita yang bisa membuat ustaz mengelus dada dan polisi mengelus pelipis.

Tradisi halal bihalal setelah cuti bersama Idulfitri adalah budaya khas Indonesia. Bahkan, mungkin hanya di negeri ini ada istilah itu. Dari presiden sampai pak RT, dari pejabat tinggi negara sampai pemuda geng motor, semua merasa wajib mengadakan halal bihalal. Acara yang sejatinya dimaksudkan untuk saling memaafkan, melebur dosa sosial yang mungkin terjadi selama setahun terakhir.

Tapi, namanya juga manusia. Niat baik bisa disusupi hasrat yang tak terkendali. Apalagi jika acaranya bertemu mantan, mantan gebetan, atau mantan pacar zaman SMA yang sekarang suaminya lebih sering di luar kota, dan istri lamanya sudah tidak seperti dulu lagi.

Saya pernah diundang ke acara halal bihalal alumni sebuah SMA. Di brosur digital yang mereka kirim, tertulis tema “Menyambung Silaturahmi, Menghapus Dosa Masa Lalu.” Tapi entah kenapa, setelah acara itu justru ada yang menambah dosa masa kini. Bahkan muncul istilah baru di grup alumni: Halal bihalal rasa pelakor.

---

Banyak yang bilang halal bihalal itu penyucian diri. Tapi tidak sedikit juga yang menjadikannya sarana pengulangan dosa. Kadang lebih berat. Dosa digital misalnya. Salah satu yang paling umum adalah tukar-tukaran nomor WhatsApp diam-diam. Lalu lanjut “eh kabarmu piye?” dengan emotikon senyum dan hati.

Lalu mulailah dosa chatting sambil menyembunyikan layar dari pasangan. Dari chat basa-basi jadi tanya status. Dari tanya status jadi kangen masa lalu. Dari kangen masa lalu jadi ketemuan. Dari ketemuan jadi CLBK: Cinta Lama Belum Kelar. Lalu pecahlah rumah tangga. Gara-gara reuni yang mestinya cuma satu sore itu.

Ada juga istilah baru: MBAMarried By Accident. Kalau zaman dulu MBA itu karena pacaran kelewat batas, sekarang bisa terjadi setelah halal bihalal. Saya tahu satu kisah di suatu daerah. Reuni halal bihalal berubah jadi camping dua hari satu malam di villa. Tiga bulan kemudian ada yang menikah diam-diam. Lima bulan kemudian sudah lahir anaknya.

LKMDLamar Keri Meteng Dhisik — adalah istilah lawas di desa. Tapi kini hidup lagi karena teknologi. Dulu orang pacaran bertemu hanya sebulan sekali di terminal. Sekarang bisa setiap saat, 24 jam, dengan video call dan voice note beraroma rindu.

---

Tentu tidak semua halal bihalal berujung dosa. Masih banyak yang benar-benar mempererat silaturahmi, memperkuat jejaring, mempertemukan kembali guru-guru tua dengan murid-muridnya yang kini sukses. Tapi jangan tutup mata juga dengan sisi gelap dari tradisi ini.

Ada suami yang awalnya ogah-ogahan ikut reuni, tapi berubah semangat ketika tahu si Nona X juga hadir. Istrinya curiga. Betul saja, seminggu setelah reuni, suaminya mulai berubah. Lebih rajin pakai parfum, lebih sering buka WA malam-malam. Ternyata sedang CLBK dengan mantan pacar semasa SMA.

Ada juga istri yang selama ini setia, tiba-tiba ingin tampil lebih muda. Ternyata karena habis ketemu Mas Dodi di acara halal bihalal alumni. Dodi yang dulu ditolak karena miskin, sekarang jadi pengusaha kontraktor sukses. Ibu dua anak itu jadi lebih sering mewarnai rambut dan olahraga tiap pagi. Suaminya bingung, anak-anak curiga.

Dosa-dosa kecil seperti berdusta pada pasangan (“Aku ke reuni cuma dua jam, kok”), atau menghamburkan uang untuk tampil cetar saat halal bihalal, juga sering terjadi. Belum lagi dosa memamerkan kekayaan, mempermalukan teman yang belum menikah, atau mengejek teman yang nasibnya sedang tidak baik.

---

Apakah halal bihalal salah? Tentu tidak.

Yang salah adalah niatnya. Yang salah adalah pelaksanaannya. Yang menjadikan halal bihalal sebagai momen 'balas dendam' masa muda. Atau sebagai ajang show off status sosial baru.

Ada juga yang menjadikan halal bihalal sebagai ladang dosa politik: menyebar hoaks, kampanye terselubung, memecah belah kelompok alumni.

Saya membayangkan seandainya malaikat pencatat amal ikut hadir di setiap halal bihalal, mungkin buku catatannya akan penuh dengan coretan-coretan kecil bernada miris:
“Awalnya hanya chat,”
“Hanya ketemuan ngopi,”
“Hanya nostalgia,”
“Hanya salah masuk kamar.”

---

Halal bihalal itu bisa suci. Tapi bisa juga jadi jebakan syahwat, nostalgia, dan niat buruk yang dibungkus niat baik.

Satu-satunya cara menjaga agar halal bihalal tetap halal, adalah dengan menjaga hati. Bukan hanya tangan yang bersalaman. Tapi juga pikiran, niat, dan langkah setelahnya.

Jangan sampai silaturahmi justru membawa petaka. Karena dari sinilah sering muncul dosa-dosa baru: rumah tangga retak, pertemanan rusak, atau yang paling sering — kecurigaan pasangan yang akhirnya menjerumuskan dua-duanya.

Silaturahmi itu ibadah. Tapi niat manusia sering mengubah ibadah jadi godaan.

Dan dalam banyak kisah, halal bihalal itu bukan sekadar acara. Tapi bisa jadi awal dari sebuah drama panjang. Drama yang tak ada sangkut-pautnya dengan lebaran. Tapi lebih cocok disebut... Lepasan.

---

Tips agar halal bihalal tetap halal dan tidak jadi jebakan CLBK:

1. Bawa pasangan sah saat reuni. Ini metode pengaman yang paling manjur. Tapi juga bisa memicu perang dingin bila pasangan lama lebih glowing dari pasangan sah.

2. Hindari nostalgia berdua. Kalaupun ingin mengenang masa lalu, ajak orang lain sebagai ‘penetral’ obrolan.

3. Tutup akses digital setelah halal bihalal. Blokir nomor yang membuat deg-degan, mute grup alumni, dan jangan cari nama mantan di Instagram.

4. Berdoa sebelum berangkat. Minta perlindungan dari dosa CLBK dan dosa gaya hidup pamer.

5. Ingat: halal bihalal bukan audisi sinetron Tukang Bubur Naik Haji. Ini momen ibadah, bukan audisi cinta lama bersemi kembali.


Karena dosa paling besar itu bukan mencintai yang salah. Tapi... menyalahgunakan halal bihalal sebagai kedok cinta lama.

* * *

Konten ini telah tayang di platform blog KOMPAS (Kompasiana.com) dengan judul "Dosa-dosa Halal Bihalal"  klik https://www.kompasiana.com/maharprastowo/68051f01ed64155c141e5892/dosa-dosa-halal-bihalal?page=all

Posting Komentar

0 Komentar