Dan di tengah cerita itu, Kapolda Lampung Irjen Pol. Helmy Santika muncul. Ia tidak sedang duduk di kantor ber-AC. Ia tidak sedang memberi perintah dari kejauhan. Ia ada di lapangan. Di tengah peluh para pemudik, ia berdiri di Pos Terpadu Bakauheni, Sabtu sore kemarin. Ia meninjau rest area. Dari KM 67 hingga KM 20B. Ia cek langsung semua kesiapan: dari toilet sampai nasi bungkus. Dari petugas medis sampai skema rekayasa lalu lintas.
"Kalau lelah, ya istirahat," kata Helmy. Tidak perlu gaya-gayaan. Tidak perlu sok kuat. Di rest area, semua sudah disiapkan. Mau tidur sejenak, bisa. Mau cek tensi darah, silakan. Mau cari makan atau sekadar ke toilet, tersedia. Lengkap.
Saya suka pendekatan seperti ini. Polisi yang hadir bukan hanya untuk menilang, tapi juga melayani. Polisi yang tidak hanya memikirkan aturan, tapi juga rasa lelah manusia.
Helmy tahu, arus balik adalah soal kecepatan dan kesabaran. Tapi yang lebih penting, adalah keselamatan. "Jangan memaksakan diri," ujarnya, sambil menyebut semua rest area di Lampung siap menampung pemudik yang butuh jeda. Jeda yang menyelamatkan.
Malam itu, arus kendaraan mulai padat. Bakauheni mulai dijejali mobil. Tapi delay system belum diberlakukan. Antrean belum sampai 4 kilometer. Lalu lintas masih mengalir, meski perlahan.
Saya bayangkan lagi si ayah tadi. Mungkin ia akhirnya belok ke rest area. Mematikan mesin. Meneguk air mineral. Membaringkan tubuh sebentar. Anak-anak tetap tidur. Sang istri ikut rebah. Dan ia, di tengah kelelahan, merasa aman karena ada negara—melalui Kapolda dan jajarannya—yang menjaga perjalanan ini.
Arus balik memang selalu melelahkan. Tapi kalau semua saling mengingatkan, kalau polisi dan pemudik saling memahami, maka lelah itu bisa menjadi tenang.
0 Komentar