Header Ads Widget

Header Ads

A+

6/recent/ticker-posts

KAWALO: Kembali ke Pangkal Jalan

 
Suara rakyat dan pemerintah menyatu dalam satu semangat: "Taliabu bae samua."


Oleh: Mahar Prastowo

Langit Kawalo sore itu agak sendu. Angin berembus pelan, menyusup dari arah laut, menyapu pelataran kantor desa yang sudah dipadati warga. Leluhur seolah hadir. Yang muda, yang tua, semua berkumpul. Tak sekadar hadir. Mereka menjemput sejarah.

Selasa, 22 April 2025. Hari itu bukan hari biasa. Di desa tua itu, Pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu secara resmi mengembalikan ibukota Kecamatan Taliabu Barat ke tanah awalnya: Kawalo.

“Ini bukan launching-launchingan,” ujar Bupati Aliong Mus dengan logat khas Maluku Utara yang langsung disambut gemuruh tepuk tangan. “Ini penetapan resmi. Ibukota Kecamatan Taliabu Barat kembali ke Kawalo.”

Tidak ada podium megah. Tidak ada panggung besar. Tapi dari bawah tenda biru sederhana, suara rakyat dan pemerintah menyatu dalam satu semangat: "Taliabu bae samua."



Satu hal yang tak banyak orang tahu: Kawalo bukan sekadar desa. Ia adalah akar. Di sinilah kecamatan pertama kali berdenyut, sebelum kemudian bergeser ke Bobong karena berbagai pertimbangan administratif. Tapi kali ini, sejarah dibalikkan. Arah dikoreksi.

“Beta bilang begini bukan karena emosi. Tapi ini keputusan yang sudah dimusyawarahkan. Sudah duduk bersama tokoh adat. Sudah dibicarakan panjang,” kata Aliong, suaranya tegas namun bergetar di ujung.

Lebih dari itu, pemindahan ini punya benang merah dengan cita-cita besar: pengembangan Kawalo-Woyo-Bobong sebagai embrio kota madya. Sebuah langkah awal menuju pemekaran Kabupaten dan pembentukan Provinsi Kepulauan Sula yang telah lama diperjuangkan.

“Beta tidak bikin ini hanya untuk hari ini. Ini untuk Taliabu 10, 20 tahun ke depan,” lanjut Aliong.


Tak hanya pusat pemerintahan. Polsek Taliabu Barat pun rencananya akan ikut pindah. “Karena di sinilah seharusnya semua dimulai,” kata Sekda Salim Ganiru.

Ia menyebut pengembalian ibukota ini sebagai kado akhir masa jabatan sang bupati. Tapi bukan kado biasa. Ini lebih mirip kembali ke pangkal jalan, sebelum melangkah lebih jauh lagi.

Sementara itu, dari sisi warga dan tokoh adat, suasana haru tak bisa disembunyikan. Ketua Adat Desa Kawalo, Kiswanto Sangadji, berbicara mewakili suara rakyat.

“Sudah lama torang tunggu ini. Beta percaya, pemerintah tidak hanya omong kosong. Tapi ini betul-betul nyata,” katanya dengan mata sembab.

Masyarakat pun diminta tetap satu hati. “Jangan lagi ada 01 dan 02. Kita semua satu. Bangun Taliabu sama-sama,” pesan Aliong di akhir pidatonya.


Dalam satu kalimat, semua ini bukan soal gedung atau kantor. Tapi tentang arah. Tentang semangat baru. Tentang rekonsiliasi sejarah dan masa depan.

Kawalo, yang selama ini terpinggirkan, kini kembali memikul harapan besar. Sebuah titik awal yang mungkin kecil di peta, tapi besar dalam makna.

Dan seperti kata orang tua-tua Taliabu:
“Di mana awalmu, di sanalah letak kekuatanmu.”

Kawalo telah kembali. Maka mari kita menata langkah baru.
Untuk Taliabu yang lebih bijak. Lebih berakar. Lebih besar.



Posting Komentar

0 Komentar