Header Ads Widget

Header Ads

A+

6/recent/ticker-posts

Refleksi 3: Dari Tawuran ke Revolusi Sosial: Mimpi yang Tertunda

 


Oleh: Mahar Prastowo


Saya percaya satu hal: energi anak muda tidak akan pernah habis.


Hari ini energi itu meledak dalam bentuk tawuran.

Tapi suatu hari, jika diarahkan dengan benar, energi yang sama bisa meledak menjadi revolusi sosial.


Hari ini mereka melempar batu.

Besok mereka bisa melempar ide-ide besar.


Hari ini mereka berteriak tanpa arah.

Besok mereka bisa mengguncang dunia dengan pidato-pidato perubahan.


Tapi itu semua tidak terjadi dengan sendirinya.

Kita — generasi yang lebih tua — harus bertanggung jawab.


Tanggung jawab bukan dengan memenjarakan mereka, tapi membebaskan mereka dari kebodohan, kemiskinan, dan ketidakadilan.


Tanggung jawab bukan dengan memberi mereka hukuman, tapi memberi mereka mimpi yang layak diperjuangkan.


Suatu hari, mungkin anak-anak yang semalam kita sebut "preman kecil" akan menjadi pemimpin revolusi sosial.

Bukan revolusi berdarah, tapi revolusi pikiran.

Bukan untuk menghancurkan negara, tapi untuk membangunnya kembali — dengan lebih adil, lebih manusiawi.


Dan saat itu terjadi, kita bisa bilang dengan bangga:

"Mereka bukan anak-anak nakal. Mereka adalah anak-anak perubahan."


**


Malam di Otista itu mungkin hanya sekelumit kisah.

Tapi jika kita cukup jeli membaca tanda-tandanya, itu adalah peringatan besar:

Kebobrokan ini tidak akan bisa ditahan selamanya.


Jangan tunggu anak-anak itu betul-betul marah.

Karena saat itu terjadi, tinta emas mungkin akan mengalir.

Tapi juga bisa diiringi air mata —

 kalau kita terlambat menyadarinya.


***

Posting Komentar

0 Komentar